|
Ilustrasi: Udang windu terkena virus. Sumber: Antaranews.com |
I. Definisi
penyakit ?
Penyakit didefinisikan
sebagai ketidaknormalan terhadap fungsi sebagian atau seluruh organ tubuh
dikarenakan adanya gangguan faktor-faktor abiotik (kualitas air, makanan dan
lainnya) dan faktor biotik (organisme penyebab penyakit atau patogen). Beberapa
penyakit udang yang sering ditemukan di lapangan dapat disebabkan oleh patogen
virus, bakteri, parasit ataupun jamur.
II.
Penyakit
virus pada udang windu
Penyakit virus yang menyerang udang windu di
Indonesia awalnya adalah MBV (monodon baculovirus disease), diikuti
penyakit HPVD (hepatopancreas parvo-like virus disease), YHV (yellow
head) (sudah jarang terjadi dan sejak tahun 1995 mewabah penyakit oleh WSSV
(white spot). Hingga kini, penyakit white spot sangat masih tetap
mempengaruhi keberhasilan budidaya udang windu.
a.
Monodon Baculo Virus (MBV)
MBV terjadi pada semua
stadia udang, gejala klinisnya yaitu berenang ke pinggir, nafsu makan rendah,
isi lambung kosong dan udang tampak lemas, warnanya menjadi merah pada setiap
segmen, insang dan tubuh ditempeli oleh organisme epikomensial, dapat
menimbulkan kematian akut setelah 1-7 hari sejak gejala awal tampak. Secara
histologis, organ-organ tubuh yang diserang MBV meliputi insang, hepatopankreas
dan epitel usus.
b. Hepatopancreatic
Parvo-like Virus (HVP)
Penyakit HPV
disebabkan oleh DNA yang mengandung parvovirus berukuran kecil dengan diameter
22-24 nm. Penyakit ini terutama menyerang organ hepato-pankreas udang, tetapi
kadang-kadang juga menyerang organ insang dan usus. Tubuh udang menjadi pucat dan
hepatopankreas coklat. Pertumbuhan menjadi lambat, bahkan mengalami kematia. Gejala
serangan HPV tidak spesifik, tetapi beberapa kasus tampak hepatopankreas
berwarna keputihan dan atropi, pertumbuhan lambat, anorexia, gerakan lambat,
cenderung naik ke permukaan, dan insang dihinggapi organisme komensalisme dan
organisme patogen opurtunistik seperti Vibrio spp. Kematian akibat HPV sulit
ditentukan. Serangan HPV dengan agen agen penyakit lainnya ini menyebabkan
kematian tinggi pada tahap juvenis, dan dalam 4 minggu dapat mencapai 50-100%.
c.
White Spot Syndrome Virus (WSSV)
Penyakit WSSV menyebabkan
udang cenderung bergerombol di tepi dan berenang ke permukaan. Pada fase akut terdapat
bercak-bercak putih pada karapas, bercak putih pertama kali muncul pada
cephalothorak, segemen ke 5-6 dari abdominal dan terakhir menyebar ke seluruh
kutikula tubuhnya. Bintik putih pada bagian karapas sudah menjadi tanda umum,
tetapi pada induk udang warnanya menjadi merah. Udang yang terserang penyakit
ini dalam waktu singkat udang dapat mengalami kematian.
III.
Cara Penyakit Menular ke Udang
Penularan penyakit ke
udang dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Dari induk ke larva, penularan karena
induk yang terinfeksi melepaskan jaringan dan cairan ovary bersama telur.
2. Dari udang dan kepiting yang terinfeksi,
jaringan yang mati dari udang dan kepiting yang mati akan dimakan oleh udang
kecil/fitoplankton, sehingga saat pergantian air, penyakit dalam tubuh udang
kecil dan zooplankton akan ikut masuk bersama air ke tambak dan dimakan oleh
udang budidaya.
3. Darah yang terinfeksi, apabila udang
sakit yang mati dimakan udang lain, darahnya akan lepas ke air dan akan
menulari udang lain (udang yang sakit darahnya tidak bisa mengental).
4. Kanibalisme, udang yang sakit
bergerak lambat, sehingga udang sehat memakan udang yang sakit dan akan
terinfeksi virus.
5. Penularan melalui air tambak
tetangga, yaitu tambak tetangga yang terserang penyakit, kemudian air rembesan
tambak tersebut akan menulari tambak budidaya yang lain jika tambaknya lebih
rendah.
IV. Cara Pengendalian/ Menghindari
Penyakit
1. Membeli
benih yang bebas virus dan dari induk yang bebas virus (disertai dengan bukti
sertifikat) dengan sertifikat yang masih berlaku
2. Persiapan
tambak dengan baik, yaitu:
a. Pengeringan
7 – 8 hari agar sisa udang sakit dan virus mati.
b. Air
yang masuk disaring dengan saringan berlapis dan diendapkan 5 hari agar telur
dan benih udang liar tidak masuk.
c. Biarkan
air tambak tanpa diisi udang minimal 5 hari agar partikel virus tidak dimakan
oleh udang.
d. Membuat
pagar biosecurity di sepanjang pematang.
e. Apabila
tanah masam, pematang diberi kapur atau dikurangi ukuran pematang terbuka.
3. Hindari
udang stress karena stress dapat memicu munculnya penyakit.
4. Menjaga
atau perbaikan kualitas air.
DAFTAR
PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2004. Uji
Teknologi Budidaya Udang Bebas Penyakit Bercak Putih. Mina Bahari, 3 (02):
16-17.
Lightner, D. V. 1996. A Handbook of Shrimp Pathology
and Diagnostic Procedures for Diseases of Cultured penaeid Shrimp. The World Aquaculture
Society. Baton Rouge, Louisiana, 70803 USA.
Mahardika, K., Zafran dan I. Koesharyani. 2004.
Deteksi White Spot Syndrome Virus (WSSV) Pada Udang Windu (Penaeus
monodon) di Bali dan Jawa Timur Menggunakan Metode Polymerase
Chain Reaction (PCR). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 10 (1):
55-60.