Senin, 14 Maret 2016

Penyakit Virus Pada Udang WIndu (Penaeus monodon)

Ilustrasi: Udang windu terkena virus. Sumber: Antaranews.com

I. Definisi penyakit ?



Penyakit didefinisikan sebagai ketidaknormalan terhadap fungsi sebagian atau seluruh organ tubuh dikarenakan adanya gangguan faktor-faktor abiotik (kualitas air, makanan dan lainnya) dan faktor biotik (organisme penyebab penyakit atau patogen). Beberapa penyakit udang yang sering ditemukan di lapangan dapat disebabkan oleh patogen virus, bakteri, parasit ataupun jamur.

II.     Penyakit virus pada udang windu
 Penyakit virus yang menyerang udang windu di Indonesia awalnya adalah MBV (monodon baculovirus disease), diikuti penyakit HPVD (hepatopancreas parvo-like virus disease), YHV (yellow head) (sudah jarang terjadi dan sejak tahun 1995 mewabah penyakit oleh WSSV (white spot). Hingga kini, penyakit white spot sangat masih tetap mempengaruhi keberhasilan budidaya udang windu.
a.    Monodon Baculo Virus (MBV)
MBV terjadi pada semua stadia udang, gejala klinisnya yaitu berenang ke pinggir, nafsu makan rendah, isi lambung kosong dan udang tampak lemas, warnanya menjadi merah pada setiap segmen, insang dan tubuh ditempeli oleh organisme epikomensial, dapat menimbulkan kematian akut setelah 1-7 hari sejak gejala awal tampak. Secara histologis, organ-organ tubuh yang diserang MBV meliputi insang, hepatopankreas dan epitel usus. 
b.    Hepatopancreatic Parvo-like Virus (HVP)
Penyakit HPV disebabkan oleh DNA yang mengandung parvovirus berukuran kecil dengan diameter 22-24 nm. Penyakit ini terutama menyerang organ hepato-pankreas udang, tetapi kadang-kadang juga menyerang organ insang dan usus. Tubuh udang menjadi pucat dan hepatopankreas coklat. Pertumbuhan menjadi lambat, bahkan mengalami kematia. Gejala serangan HPV tidak spesifik, tetapi beberapa kasus tampak hepatopankreas berwarna keputihan dan atropi, pertumbuhan lambat, anorexia, gerakan lambat, cenderung naik ke permukaan, dan insang dihinggapi organisme komensalisme dan organisme patogen opurtunistik seperti Vibrio spp. Kematian akibat HPV sulit ditentukan. Serangan HPV dengan agen agen penyakit lainnya ini menyebabkan kematian tinggi pada tahap juvenis, dan dalam 4 minggu dapat mencapai 50-100%.
c.    White Spot Syndrome Virus (WSSV)
Penyakit WSSV menyebabkan udang cenderung bergerombol di tepi dan berenang ke permukaan. Pada fase akut terdapat bercak-bercak putih pada karapas, bercak putih pertama kali muncul pada cephalothorak, segemen ke 5-6 dari abdominal dan terakhir menyebar ke seluruh kutikula tubuhnya. Bintik putih pada bagian karapas sudah menjadi tanda umum, tetapi pada induk udang warnanya menjadi merah. Udang yang terserang penyakit ini dalam waktu singkat udang dapat mengalami kematian.

III. Cara Penyakit Menular ke Udang
Penularan penyakit ke udang dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Dari induk ke larva, penularan karena induk yang terinfeksi melepaskan jaringan dan cairan ovary bersama telur.
2. Dari udang dan kepiting yang terinfeksi, jaringan yang mati dari udang dan kepiting yang mati akan dimakan oleh udang kecil/fitoplankton, sehingga saat pergantian air, penyakit dalam tubuh udang kecil dan zooplankton akan ikut masuk bersama air ke tambak dan dimakan oleh udang budidaya.
3. Darah yang terinfeksi, apabila udang sakit yang mati dimakan udang lain, darahnya akan lepas ke air dan akan menulari udang lain (udang yang sakit darahnya tidak bisa mengental).
4. Kanibalisme, udang yang sakit bergerak lambat, sehingga udang sehat memakan udang yang sakit dan akan terinfeksi virus.
5. Penularan melalui air tambak tetangga, yaitu tambak tetangga yang terserang penyakit, kemudian air rembesan tambak tersebut akan menulari tambak budidaya yang lain jika tambaknya lebih rendah.

IV.   Cara Pengendalian/ Menghindari Penyakit
1.    Membeli benih yang bebas virus dan dari induk yang bebas virus (disertai dengan bukti sertifikat) dengan sertifikat yang masih berlaku
2.    Persiapan tambak dengan baik, yaitu:
a.    Pengeringan 7 – 8 hari agar sisa udang sakit dan virus mati.
b.    Air yang masuk disaring dengan saringan berlapis dan diendapkan 5 hari agar telur dan benih udang liar tidak masuk.
c.    Biarkan air tambak tanpa diisi udang minimal 5 hari agar partikel virus tidak dimakan oleh udang.
d.   Membuat pagar biosecurity di sepanjang pematang.
e.    Apabila tanah masam, pematang diberi kapur atau dikurangi ukuran pematang terbuka.
3.    Hindari udang stress karena stress dapat memicu munculnya penyakit.
4.    Menjaga atau perbaikan kualitas air.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2004. Uji Teknologi Budidaya Udang Bebas Penyakit Bercak Putih. Mina Bahari, 3 (02): 16-17.
Lightner, D. V. 1996. A Handbook of Shrimp Pathology and Diagnostic Procedures for Diseases of Cultured penaeid Shrimp. The World Aquaculture Society. Baton Rouge, Louisiana, 70803 USA.
Mahardika, K., Zafran dan I. Koesharyani. 2004. Deteksi White Spot Syndrome Virus (WSSV) Pada Udang Windu (Penaeus monodon) di Bali dan Jawa Timur Menggunakan Metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 10 (1): 55-60. 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.