White faces. Sumber: catatandokterikan.blogspot.com |
Udang
vanamei merupakan salah satu komoditas udang yang kini populer dibudidayakan di
Indonesia. Semenjak usaha udang windu gulung tikar dan beredar kabar bahwa
udang vanamei lebih tahan terhadap penyakit, banyak para pembudidaya yang
akhirnya banting stir ke budidaya udang vanamei. Namun seiring perkembangan
jaman, udang vanamei pun kini rentan untuk terserang penyakit, hal ini
dikarenakan faktor lingkungan yang mengalami perubahan begitu cepat, sehingga
keadaan menjadi tidak aman dan terkendali.
Salah satu jenis penyakit yang
sering menyerang udang vanamei adalah penyakit berak putih. Penyakit berak
putih adalah salah satu penyakit udang yang paling ditakuti petambak udang di
Indonesia. Bila penyakit ini menyerang dan tidak mampu diatasi dengan cepat
oleh petambak, maka akan menyebabkan gagal panen. Penyakit ini muncul sebagai
akibat dari meningkatnya Total Organic Matter
atau Total Bahan Organik di periran, yang disusul dengan NP ratio yang rendah.
Gejala awal serangan WFD berupa, udang malas makan dan pakan banyak tersisa.
Kadang-kadang juga ditemukan banyak planton yang mati. Lalu mulai terlihat
berak putih mengambang di kolam. WFD rata-rata muncul pada saat udang
berusia 60 hari ke atas. Dr. Arief Taslihan (BBPAP Jepara) menyampaikan
serangan WFD telah terjadi di Sumbawa, Banyuwangi, Rembang, Jepara dan
Purwerejo dengan gejala klinis yang dijumpai adalah kotoran udang seperti
benang berwarna keputihan, nafsu makan menurun serta terjadi kematian hingga
60%. Berdasarkan pengambilan sampel pada udang yang terserang WFD di Tuban
diperoleh hepatopankreas yang berwarna putih dan lembek dan ditemukan parasit
Gregarin pada saluran pencernaan.
Dalam
pengobatan penyakit white feces, selalu diikuti proses lanjutan yaitu
pengembalian nafsu makan udang agar pertumbuhan menjadi normal lagi. Caranya yaitu
dengan pergantian air. Pergantian air harus disesuaikan dengan pola teknologi
Budidaya yang telah diterapkan. Beberapa teknisi takut untuk mengganti air
dengan alasan khawatir penakit akan kambuh kembali. Hal ini di satu sisi benar
tetapi di satu sisi akan mengalami kerugian baik waktu maupun biaya karena
pertumbuhan udang tidak mencapai target. sehingga udang yang sebenarnya
mengalami fase rehabilitasi kesehatan/ pertumbuhan,tidak akan didapat. Menurut Dr. Yunti muhana (IPB) dalam
menangani penyakit berak putih dapat diaplikasikan pemberian probiotik langsung
atau didukung dengan pemberian prebiotik. Probiotik yang dipilih harus
disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan apakah untuk pengendalian penyakit
tertentu atau memperbaiki kondisi lingkungan. Sedangkan
dengan dukungan prebiotik, pada saat ini mulai dikembangkan produk
sinbiotik yang merupakan kombinasi dari probiotik dan prebiotik untuk
meningkatkan kesehatan tubuh ikan/udang. Penelitian yang sudah dilakukan
menunjukkan bahwa pemberian 2% sinbiotik dalam pakan menghasilkan laju
pertumbuhan, FCR dan respon imun udang yang lebih baik, namun masih diperlukan
uji lapang skala usaha.
Penulis: Rusthesa
Latritiani (Mahasiswa Prodi. Budidaya Perairan UNDIP)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSolusi mengatasi penyakit berak putih udang, Saga Pro Vit
BalasHapus