Senin, 14 Maret 2016

Waspada Berak Putih pada Udang !

White faces. Sumber: catatandokterikan.blogspot.com
Udang vanamei merupakan salah satu komoditas udang yang kini populer dibudidayakan di Indonesia. Semenjak usaha udang windu gulung tikar dan beredar kabar bahwa udang vanamei lebih tahan terhadap penyakit, banyak para pembudidaya yang akhirnya banting stir ke budidaya udang vanamei. Namun seiring perkembangan jaman, udang vanamei pun kini rentan untuk terserang penyakit, hal ini dikarenakan faktor lingkungan yang mengalami perubahan begitu cepat, sehingga keadaan menjadi tidak aman dan terkendali.

          Salah satu jenis penyakit yang sering menyerang udang vanamei adalah penyakit berak putih. Penyakit berak putih adalah salah satu penyakit udang yang paling ditakuti petambak udang di Indonesia. Bila penyakit ini menyerang dan tidak mampu diatasi dengan cepat oleh petambak, maka akan menyebabkan gagal panen. Penyakit ini muncul sebagai akibat dari meningkatnya Total Organic Matter atau Total Bahan Organik di periran, yang disusul dengan NP ratio yang rendah. Gejala awal serangan WFD berupa, udang malas makan dan pakan banyak tersisa. Kadang-kadang juga ditemukan banyak planton yang mati. Lalu mulai terlihat berak putih mengambang di kolam. WFD rata-rata muncul pada saat udang berusia 60 hari ke atas. Dr. Arief Taslihan (BBPAP Jepara) menyampaikan serangan WFD telah terjadi di Sumbawa, Banyuwangi, Rembang, Jepara dan Purwerejo dengan gejala klinis yang dijumpai adalah kotoran udang seperti benang berwarna keputihan, nafsu makan menurun serta terjadi kematian hingga 60%. Berdasarkan pengambilan sampel pada udang yang terserang WFD di Tuban diperoleh hepatopankreas yang berwarna putih dan lembek dan ditemukan parasit Gregarin pada saluran pencernaan. 


Dalam pengobatan penyakit white feces, selalu diikuti proses lanjutan yaitu pengembalian nafsu makan udang agar pertumbuhan menjadi normal lagi. Caranya yaitu dengan pergantian air. Pergantian air harus disesuaikan dengan pola teknologi Budidaya yang telah diterapkan. Beberapa teknisi takut untuk mengganti air dengan alasan khawatir penakit akan kambuh kembali. Hal ini di satu sisi benar tetapi di satu sisi akan mengalami kerugian baik waktu maupun biaya karena pertumbuhan udang tidak mencapai target. sehingga udang yang  sebenarnya mengalami fase rehabilitasi kesehatan/ pertumbuhan,tidak akan didapat. Menurut Dr. Yunti muhana (IPB) dalam menangani penyakit berak putih dapat diaplikasikan pemberian probiotik langsung atau didukung dengan pemberian prebiotik.   Probiotik yang dipilih harus disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan apakah untuk pengendalian penyakit tertentu atau memperbaiki kondisi lingkungan. Sedangkan dengan dukungan prebiotik, pada saat ini mulai dikembangkan produk sinbiotik yang merupakan kombinasi dari probiotik dan prebiotik untuk meningkatkan kesehatan tubuh ikan/udang.  Penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa pemberian 2% sinbiotik dalam pakan menghasilkan laju pertumbuhan, FCR dan respon imun udang yang lebih baik, namun masih diperlukan uji lapang skala usaha.  

Penulis: Rusthesa Latritiani (Mahasiswa Prodi. Budidaya Perairan UNDIP)

2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.