Sabtu, 12 Maret 2016

Budidaya Cacing Sutra

Budidaya Cacing Sutra. Sumber: tips-ukm.com


Pendahuluan
Cacing Sutra (Tubifex sp.) sangat dibutuhkan sebagai pakan alami dalam kegiatan unit perbenihan, terutama pada fase awal (larva) karena memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan ikan dan ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva, disamping itu harganya lebih murah dibanding artemia. Permasalahannya adalah cacing sutra di alam tidak selalu tersedia sepanjang tahun, terutama pada saat musim penghujan, dimana pada saat itu kegiatan pembenihan lele/patin/gurame/ikan lainnya banyak dilakukan.
Cacing ini mudah dikenali dari bentuk tubuhnya yang seperti benang sutra dan berwarna merah kecoklatan karena banyak mengandung haemoglobin. Tubuhnya sepanjang 1 – 2 cm, terdiri dari 30 – 60 segmen atau ruas. Berdasarkan Ditjen Perikanan Budidaya (2010), cacing ini berkembang biak pada media yang mempunyai kandungan oksigen terlarut berkisar antara 2 – 5 ppm, kandungan ammonia kurang dari 1 pp, suhu 28 – 30 0C, dan pH air berkisar antara 6 – 8.

Cacing sutra (Tubifex sp.) merupakan organisme yang hidup didasar sungai, yang berupa lumpur dengan aliran air yang tenang. Cacing ini mencari makanan dengan cara membenamkan bagian anterior (kepala) dalam lumpur. Cacing ini memiliki kandungan gizi yang cukup baik bagi pakan ikan yaitu protein 57 %, lemak 13,3 %, serat kasar 2,04 %, kadar abu 3,6 % dan air 87,7 % (Bintaryanto dan Titik, 2013).

Pembuatan Media Kultur
Tingginya bahan organik dalam media akan menyebabkan jumlah bakteri dan partikel organik hasil dekomposisi oleh bakteri sehingga dapat meningkatkan jumlah bahan makan pada media yang dapat mempengaruhi populasi dan biomassa cacing (Syarip, 1988) dalam Pindonta (2014). Substrat yang digunakan untuk pemeliharaan cacing berupa campuran lumpur dan kotoran ayam petelur dengan perbandingan komposisi masing-masing 1:1 yang diaduk hingga merata. Substrat ditempatkan dalam wadah dengan ketinggian 4 cm dan digenangi air setinggi 2 cm dari permukaan substrat serta dibiarkan selama 3 hari untuk menumbuhkan bakteri didalamnya. Limbah organik sebagai inokulan awal cacing sutera seberat 500 g, 1000 g dan 1500 g masing-masing ditebar ke dalam wadah yang berbeda dan berisi substrat yang telah disiapkan sebelumnya. Penebaran benih dilakukan dengan menebar bibit cacing indukan sebanyak 10 gelas (2-3 liter), kemudian diairi dengan ketinggian 5-7 cm. Selama masa pemeliharaan cacing, air di usahakan tetap mengalir kecil dengan ketinggian air pada 5-10 cm. Setelah 10 hari biasanya bibit cacing sutra mulai tumbuh halus dan merata di seluruh permukaan lumpur dalam kolam. Cacing dipelihara selama 50 hari dalam wadah berukuran 80×20×15 cm dengan debit air 300 ml/menit/wadah (93,75 lpm/m3). Selama pemeliharaan dilakukan pemupukan menggunakan kotoran ayam sebanyak 0,075 g/m2 setiap hari dalam Safruddin et al (2005). 

Pemeliharaan cacing sutera
Setelah dilakukan penebaran bibit didalam media pemeliharaan harus dilakukan pemupukansusulan. Pemupukan susulan adalah pemupukan yang dimasukkankedalam media kultur selamapemeliharaan pakan alami Tubifexdengan dosis 9 % dari dosispemupukan pertama yang sangatbergantung kepada kondisi mediakultur. Pemupukan tersebut sangatberguna bagi pertumbuhan detritus, fungi dan bakteri yang merupakanmakanan utama dari pakan alamiTubifex. Selama dalam pemeliharaan tersebut harus terus dilakukanpemupukan susulan seminggusekali atau dua minggu sekalidengan dosis yang bergantungkepada kondisi media kultur ,biasanya dosis yang digunakanadalah 9% dari pemupukan awal.Pakan alami Tubifex mempunyaisiklus hidup yang relatif singkat yaitu50 – 57 hari. Oleh karena itu agar pembudidayaannya bias berlangsung terus menerus harusselalu diberikan pemupukansusulan. Dalam memberikanpemupukan susulan ini caranyahampir sama dengan pemupukanawal dan ada juga yangmemberikan pemupukansusulannya dalam bentuk larutanpupuk yang dicairkan.
Fungsi utama pemupukan susulan adalah untuk menumbuhkan pakanyang dibutuhkan oleh Tubifex agartumbuh dan berkembang.Berdasarkan kebutuhan pakan bagiTubifex tersebut maka proseduryang dilakukan dalam memberikanpemupukan susulan ada dua cara.Pertama adalah denganmenebarkan secara merata kedalammedia pemeliharaan sejumlahpupuk yang sudah ditimbang sesuaidengan dosis pemupukan susulan.Kedua adalah dengan caramembuat larutan pupuk didalamwadah yang terpisah dengan wadahbudidaya, larutan pupuk tersebut dialirkan keseluruh permukaan media pemeliharaan,dengan dosisyang telah ditentukan.
Frekuensi pemupukan susulan ditentukan dengan melihat sampel air didalam media kultur, parameteryang mudah dilihat adalah jikawarna media pemeliharaan sudahterang didalam media kultur. Hal inidapat dilihat dari warna air mediayang berwarna keruh atau warna the bening. Jika hal tersebut terjadisegera dilakukan pemupukansusulan. Jenis pupuk yang digunakan sama dengan pemupukan awal.
Tingkat kepadatan populasi yang maksimal didalam media kultur adalah 30 – 50 gram permeterpersegi, walaupun ada juga yang mencapai kepadatan 120 – 150 gram permeterpersegi. Untuk mengukur tingkat kepadatan populasi Tubifex didalam mediakultur dilakukan dengan cara sampling beberapa titik dari media, minimal tiga kali sampling. Sampling dilakukan dengan cara mengambil air media kultur yang berisi Tubifex dengan menggunakan baker glass atau erlemeyer. Hitunglah jumlah Tubifex yang terdapat dalam botolcontoh tersebut, data tersebut dapat dikonversikan dengan volume media kultur.

 Pemanenan
Panen pertama dapat dilakukansetelah cacing berumur > 75 hari. Untuk selanjutnya dapt dipanen setiap 15 hari. Cirikolam budidaya cacing yang siap untuk di panen adalah apabila lumpur sebagaimedia pemeliharaan terasa kental bila dipegang.Pemanenan dilakukan dengan cara bak yang berisi cacing sutra ditutup dengan plastik hitam selama 1-2 jam agar cacing sutra berkumpul diatas permukaan lumpur. Setelah cacing sutra berkumpul dipermukaan media kemudian diambil/dipanen, ditiriskan dan diukur volumenya.


Sumber ;
Bintaryanto B W dan T Taufikurohmah. 2013. Pemanfaatan Campuran Limbah Padat (Sludge) Pabrik Kertas Dan Kompos Sebagai Media Budidaya Cacing Sutra (Tubifex .Sp). Journal of chemistry. (2) 1: 1-7.

Ditjen Perikanan Budidaya. 2010. Budidaya Cacing Sutra (Tubifex .Sp) di Kolam dari Limbah Pakan Budidaya Lele.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Pindonta, Romi Tarigan. 2014.  Laju Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Botia (Chromobotia macracanthus) Dengan Pemberian Pakan Cacing Sutera (Tubifex Sp.) Yang Dikultur Dengan Beberapa Jenis Pupuk Kandang. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Shafrudin, D. W. Efiyanti dan Widanarni. 2005. Pemanfaatan Ulang Limbah Organik Dari Substrak Tubifex sp. Di Alam Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol 4. No 2. Hal : 97–102. 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.