Budidaya Cacing Sutra. Sumber: tips-ukm.com |
Pendahuluan
Cacing Sutra (Tubifex sp.) sangat dibutuhkan sebagai
pakan alami dalam kegiatan unit perbenihan, terutama pada fase awal (larva)
karena memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan ikan dan
ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva, disamping itu harganya lebih murah dibanding
artemia. Permasalahannya adalah cacing sutra di alam tidak selalu tersedia
sepanjang tahun, terutama pada saat musim penghujan, dimana pada saat itu
kegiatan pembenihan lele/patin/gurame/ikan lainnya banyak dilakukan.
Cacing ini mudah
dikenali dari bentuk tubuhnya yang seperti benang sutra dan berwarna merah
kecoklatan karena banyak mengandung haemoglobin. Tubuhnya sepanjang 1 – 2 cm,
terdiri dari 30 – 60 segmen atau ruas. Berdasarkan Ditjen Perikanan Budidaya
(2010), cacing ini berkembang biak pada media yang mempunyai kandungan oksigen
terlarut berkisar antara 2 – 5 ppm, kandungan ammonia kurang dari 1 pp, suhu 28
– 30 0C, dan pH air berkisar antara 6 – 8.
Cacing sutra (Tubifex sp.) merupakan organisme yang
hidup didasar sungai, yang berupa lumpur dengan aliran air yang tenang. Cacing
ini mencari makanan dengan cara membenamkan bagian anterior (kepala) dalam
lumpur. Cacing ini memiliki kandungan gizi yang cukup baik bagi pakan ikan yaitu
protein 57 %, lemak 13,3 %, serat kasar 2,04 %, kadar abu 3,6 % dan air 87,7 %
(Bintaryanto dan Titik, 2013).
Pembuatan
Media Kultur
Tingginya bahan organik dalam media akan menyebabkan jumlah bakteri
dan partikel organik hasil dekomposisi oleh bakteri sehingga dapat meningkatkan
jumlah bahan makan pada media yang dapat mempengaruhi populasi dan biomassa
cacing (Syarip, 1988) dalam Pindonta
(2014). Substrat yang digunakan untuk pemeliharaan cacing berupa campuran
lumpur dan kotoran ayam petelur dengan perbandingan komposisi masing-masing 1:1
yang diaduk hingga merata. Substrat ditempatkan dalam wadah dengan ketinggian 4
cm dan digenangi air setinggi 2 cm dari permukaan substrat serta dibiarkan
selama 3 hari untuk menumbuhkan bakteri didalamnya. Limbah organik sebagai
inokulan awal cacing sutera seberat 500 g, 1000 g dan 1500 g masing-masing
ditebar ke dalam wadah yang berbeda dan berisi substrat yang telah disiapkan
sebelumnya. Penebaran benih dilakukan dengan menebar bibit cacing indukan sebanyak 10
gelas (2-3 liter), kemudian diairi dengan ketinggian 5-7 cm. Selama masa
pemeliharaan cacing, air di usahakan tetap mengalir kecil dengan ketinggian air
pada 5-10 cm. Setelah 10 hari biasanya bibit cacing sutra mulai tumbuh halus
dan merata di seluruh permukaan lumpur dalam kolam. Cacing
dipelihara selama 50 hari dalam wadah berukuran 80×20×15 cm dengan debit air
300 ml/menit/wadah (93,75 lpm/m3). Selama pemeliharaan dilakukan pemupukan
menggunakan kotoran ayam sebanyak 0,075 g/m2 setiap hari dalam Safruddin et al
(2005).
Pemeliharaan
cacing sutera
Setelah dilakukan penebaran bibit didalam media
pemeliharaan harus dilakukan pemupukansusulan. Pemupukan susulan adalah pemupukan
yang dimasukkankedalam media kultur selamapemeliharaan pakan alami Tubifexdengan dosis 9 % dari
dosispemupukan pertama yang sangatbergantung kepada kondisi mediakultur.
Pemupukan tersebut sangatberguna bagi pertumbuhan detritus, fungi dan bakteri
yang merupakanmakanan utama dari pakan alamiTubifex.
Selama dalam pemeliharaan tersebut harus terus dilakukanpemupukan susulan
seminggusekali atau dua minggu sekalidengan dosis yang bergantungkepada kondisi
media kultur ,biasanya dosis yang digunakanadalah 9% dari pemupukan awal.Pakan
alami Tubifex mempunyaisiklus hidup yang relatif singkat yaitu50 – 57 hari.
Oleh karena itu agar pembudidayaannya bias berlangsung terus menerus
harusselalu diberikan pemupukansusulan. Dalam memberikanpemupukan susulan ini
caranyahampir sama dengan pemupukanawal dan ada juga yangmemberikan
pemupukansusulannya dalam bentuk larutanpupuk yang dicairkan.
Fungsi utama pemupukan susulan adalah untuk
menumbuhkan pakanyang dibutuhkan oleh Tubifex
agartumbuh dan berkembang.Berdasarkan kebutuhan pakan bagiTubifex tersebut maka proseduryang dilakukan dalam
memberikanpemupukan susulan ada dua cara.Pertama adalah denganmenebarkan secara
merata kedalammedia pemeliharaan sejumlahpupuk yang sudah ditimbang
sesuaidengan dosis pemupukan susulan.Kedua adalah dengan caramembuat larutan
pupuk didalamwadah yang terpisah dengan wadahbudidaya, larutan pupuk tersebut
dialirkan keseluruh permukaan media pemeliharaan,dengan dosisyang telah
ditentukan.
Frekuensi pemupukan susulan ditentukan dengan
melihat sampel air didalam media kultur, parameteryang mudah dilihat adalah
jikawarna media pemeliharaan sudahterang didalam media kultur. Hal inidapat
dilihat dari warna air mediayang berwarna keruh atau warna the bening. Jika hal
tersebut terjadisegera dilakukan pemupukansusulan. Jenis pupuk yang digunakan
sama dengan pemupukan awal.
Tingkat kepadatan populasi yang maksimal didalam
media kultur adalah 30 – 50 gram permeterpersegi, walaupun ada juga yang
mencapai kepadatan 120 – 150 gram permeterpersegi. Untuk mengukur tingkat
kepadatan populasi Tubifex didalam
mediakultur dilakukan dengan cara sampling beberapa titik dari media, minimal
tiga kali sampling. Sampling dilakukan dengan cara mengambil air media kultur
yang berisi Tubifex dengan
menggunakan baker glass atau erlemeyer. Hitunglah jumlah Tubifex yang terdapat dalam botolcontoh tersebut, data tersebut
dapat dikonversikan dengan volume media kultur.
Pemanenan
Panen
pertama dapat dilakukansetelah cacing berumur > 75 hari. Untuk selanjutnya
dapt dipanen setiap 15 hari. Cirikolam budidaya cacing yang siap untuk di panen
adalah apabila lumpur sebagaimedia pemeliharaan terasa kental bila dipegang.Pemanenan
dilakukan dengan cara bak yang berisi cacing sutra ditutup dengan plastik hitam
selama 1-2 jam agar cacing sutra berkumpul diatas permukaan lumpur. Setelah
cacing sutra berkumpul dipermukaan media kemudian diambil/dipanen, ditiriskan
dan diukur volumenya.
Sumber ;
Bintaryanto B W dan T Taufikurohmah. 2013.
Pemanfaatan Campuran Limbah Padat (Sludge) Pabrik Kertas Dan Kompos Sebagai
Media Budidaya Cacing Sutra (Tubifex .Sp). Journal of chemistry. (2) 1: 1-7.
Ditjen Perikanan Budidaya. 2010. Budidaya
Cacing Sutra (Tubifex .Sp) di Kolam dari Limbah Pakan Budidaya Lele.
Gusrina. 2008.
Budidaya Ikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Pindonta,
Romi Tarigan. 2014. Laju Pertumbuhan Dan
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Botia (Chromobotia macracanthus) Dengan
Pemberian Pakan Cacing Sutera (Tubifex Sp.) Yang Dikultur Dengan
Beberapa Jenis Pupuk Kandang. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Shafrudin, D. W. Efiyanti dan
Widanarni. 2005. Pemanfaatan Ulang
Limbah Organik Dari Substrak Tubifex sp. Di Alam Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol 4.
No 2. Hal : 97–102.
0 komentar:
Posting Komentar